Senin, 18 Februari 2013

Bapak Tua Renta di Depan Rumah

Kaki-kaki yang menggapai-gapai namun tak sampai
Renta sudah, dengan sepeda tuanya
Mengetuk tiap-tiap pintu , tiap-tiap hati
Untuk setidaknya mau memberitahu bagaimana rasanya bahagia
Dengan sesuap nasi atau selembar uang seribu atau beberapa koin seratus rupiah atau apa saja, untuk bertahan hidup.
Tangan-tangan berkerut yang bahkan tidak dihiasi apapun
Tidak dengan sebuah jam tangan, tidak juga sebuah cincin
Hanya ada guratan-guratan penderitaan yang ditahan
Dengan tangannya membenarkan sandaran sepeda tuanya , agar tidak jatuh
Baju batik yang sudah usang warnanya,
Celana abu-abu yang didapatkan entah darimana,
Topi putih yang sudah bercampur warna lumpur,
Kacamata besar yang lensanya sudah tidak cocok dengan minus di matanya,
Ia tetap berjalan mendongak, walau jalannya sudah sangat susah,
Ia tetap tampak gagah perkasa.

Lagi, bapak tua renta yang saya temui di depan rumah saya, mengayuh sepeda tuanya, membenarkan topi putihnya, masih mencari kebahagiaan, mencari sesuap nasi, mencari belas-belas kasihan dari tiap-tiap rumah. Melanjutkan hidup yang tidak mudah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Glad if i can find your notes/comment/quotes here ♥
xoxo, Garnis Yoga Pratama